Lo perhatiin nggak sih, belakangan ini berita korupsi makin menggila? Hampir tiap hari ada aja kasus baru—dari yang miliaran sampai triliunan. Kayak lomba siapa yang bisa nilep duit paling banyak. Dan yang bikin miris, banyak orang udah nggak kaget lagi. “Yaudah lah, emang dari dulu gitu.” Nah, justru itu masalahnya!
Frekuensi pemberitaan yang tinggi ini seharusnya bikin kita sadar kalau ada yang salah banget sama sistem kita. Ini bukan cuma soal satu-dua oknum, tapi udah jadi penyakit yang mengakar. Makin sering kita denger kasus kayak gini, makin jelas kalau normalisasi korupsi itu nyata. Ini alarm, bukan sesuatu yang harus kita terima mentah-mentah.
Kenapa Bisa Jadi Begini?
Hannah Arendt: Korupsi Jadi Kebiasaan? Serem!
Hannah Arendt, pernah ngomongin soal “banalitas kejahatan.” Intinya, kejahatan itu jadi bahaya banget kalau udah dianggap biasa. Pelakunya nggak ngerasa bersalah, karena buat mereka, itu cuma “bagian dari sistem.” Kayak orang nyuap buat cepet urus SIM atau proyekan, semua berjalan otomatis, nggak ada rasa bersalah. Ini yang bikin korupsi makin subur.
Michel Foucault: Yang Berkuasa, yang Atur Cerita
Kalau kita tanya, “Kenapa sih korupsi tetep ada?” jawaban yang sering muncul: “Emang sistemnya begini, mau gimana lagi?” Nah, ini pas banget sama teori Michel Foucault soal kekuasaan dan wacana. Kata dia, yang berkuasa bukan cuma yang punya duit atau jabatan, tapi juga yang bisa ngontrol cara kita mikir. Jadi kalau terus-terusan dipaksa nerima kalau “korupsi itu biasa,” kita jadi nggak kritis lagi.
Lawan Normalisasi, Walaupun Lu udah muak Banget ya!
Slavoj Žižek bilang ada dua jenis kekerasan: yang kelihatan (subjektif) dan yang nggak kelihatan tapi dampaknya gila-gilaan (objektif). Nah, korupsi ini masuk ke kekerasan objektif—nggak semua orang sadar, tapi efeknya kerasa di mana-mana. Bayangin duit buat pendidikan atau kesehatan malah masuk kantong pejabat. Ngaco, kan?
Jadi, kita harus mulai lawan normalisasi korupsi dengan cara:
1. Sadarin diri sendiri & orang sekitar – Jangan anggap korupsi hal wajar. Ini bukan budaya, ini penyakit!
2. Stop pake alasan “memang begini sistemnya– Kalau ada yang bilang gitu, tantang balik! Sistem bisa diubah kalau ada yang peduli.
3. Dorong transparansi & akuntabilitas– Mulai dari hal kecil, kayak lebih kritis kalau liat laporan keuangan sekolah atau kampus.
4. Tuntut reformasi sistemik– Pemimpin yang bersih bukan cuma yang ngomong doang, tapi yang beneran kerja buat rakyat.
Ruang Publik: Tempat Kita Ngobrolin Semuanya
Jürgen Habermas pernah bilang, demokrasi yang sehat butuh ruang publik yang aktif. Bukan cuma di podcast atau diskusi-diskusi formal, tapi juga di tongkrongan, di Twitter, di TikTok, di mana aja! Kita harus ngomongin ini terus biar nggak dianggap sepele.
Sekarang, tiap hari kita liat berita korupsi gede-gedean. Ini bukan tanda kalau “korupsi biasa aja,” tapi bukti kalau ada yang harus berubah. Korupsi bukan takdir atau karakter bangsa, bro! Ini bukan sesuatu yang harus kita pasrah terima. Ini masalah yang bisa kita lawan bareng. Indonesia bisa lebih baik, asal kita nggak diem aja.