2   +   7   =  
Bagikan

Sebelum membahas apa saja rahasianya agar setiap orang dapat meraih kebebasan finansial, akan lebih afdhal jika kita mengetahui lebih dulu definisi kebebasan finansial itu sendiri.

Dari penelusuran yang saya temukan, definisi kebebasan finansial adalah suatu kondisi dimana seseorang telah memiliki saving dan investasi yang banyak dan relatif aman, yang mana hasilnya dapat mencukupi kebutuhan sekaligus gaya hidup yang diinginkan. Atau dalam bahasa yang lebih membumi yaitu suatu kondisi di saat seseorang bisa duduk-duduk santai di teras rumah tiap pagi dan sore, sementara income yang cukup terus datang mengalir. Sehingga dengan kata lain, ia tak perlu lagi grusa-grusu bekerja demi mendapat uang sebab ia telah berada pada fase ketenangan dimana uang lah yang bekerja untuknya (passive income).

Tampaknya terlalu mainstream definisi tentang kebebasan finansial ini. Sebab akan muncul setidaknya 2 (dua) pertanyaan, yaitu apakah dengan memiliki saving yang banyak dan investasi yang besar, pasti hidup seseorang gak lagi grusa-grusu alias mencapai fase ketenangan yang dimaksud? Kemudian pertanyaan berikutnya, jika income seseorang terus saja mengalir, dapatkah hal tersebut menghentikan gaya hidup yang diinginkannya?

Bagi saya, definisi kebebasan finansial itu sebetulnya gak ribet-ribet amat, masih ada kemiripan dengan beberapa definisi yang telah disebutkan barusan. Namun saya prefer kepada keyakinan bahwa uang atau harta hanyalah bagian dari rezeki. Sebab nikmat sehat, punya teman-teman yang baik, tetangga yang ramah, istri/suami yang menenteramkan hati, berbagi kepada yang membutuhkan, hingga mampu berprasangka positif pada kejadian yang tidak diharapkannya adalah wujud kelonggaran rezeki seseorang. Beberapa contoh sederhana dalam fase kehidupan tersebut juga menunjukkan ciri-ciri seseorang yang telah berproses menuju kebebasan finansialnya, yaitu mencapai fase ketenangan hidup di dalam setiap kondisi kehidupan.

Bagaimana tidak? Ketika seseorang yang memiliki saving dan investasi yang banyak , bahkan terus saja mengalir ke pundi-pundi rekeningnya tetapi ketika ia harus bolak balik berobat bahkan karena merasa punya uang banyak, berobat pun sampai ke luar negeri. Atau misalnya ketika istri punya gaya hidup yang terus update hingga gak sadar bahwa tagihan kartu kreditnya menggunung. Bukankah kondisi – kondisi semacam ini yang justru akan menyebabkan seseorang yang kaya raya dapat menjadi bankrut di kemudian hari?

Oleh karena itulah definisi kebebasan finansial menurut saya adalah suatu fase dimana seseorang telah mencapai ketenangan dalam hidup yang membuatnya tidak lagi berpikir & bersikap grusa-grusu dalam usahanya mendapatkan uang. Bukan karena saving & investasinya yang banyak sehingga terus mengalir ke pundi-pundi rekeningnya, namun lebih karena ia yakin ketika yang dihadapinya tidak sesuai harapan, ia kemudian bersabar dengan prasangka positifnya, boleh jadi usahanya belum maksimal, ilmunya belum lengkap, atau itulah yang terbaik untuknya dengan kondisi serta kemampuan yang ia miliki saat itu. Sehingga cara berpikir & bersikap ini yang membuat seseorang tidak mudah mengeluh dan tidak mudah berputus asa.

Dan ketika yang didapatkan melebihi ekspektasinya, ia kemudian bersyukur. Sehingga hatinya pun tenang dan selalu jernih dalam mensikapi keadaan, sehingga pada akhirnya dalam berusaha pun tidak ngoyo sampai siang malam hanya uang yang ia kejar.  Ketika hati seseorang penuh suka cita untuk merasa cukup, baik karena keberadaan uangnya yang berlimpah maupun tidak, maka kondisi ini akan membuat hasil kinerjanya menjadi optimal. Mengapa? Sebab ketika ia tahu bahwa segala sesuatu telah ada ukurannya termasuk kapasitas dirinya, maka suasana hati yang terbangun akan kondusif.

Baca Juga  BLK, Industri 4.0 dan Masa Depan Anak Muda

Adalah David Bach, salah satu pakar perencana keuangan terkemuka di Amerika, seorang penulis buku terlaris hingga sembilan kali di Perusahaan Terkemuka New York Times, yang mengajarkan kepada banyak orang tentang seluk-beluk kebebasan finansial pribadi selama 20 tahun terakhir melalui seminar, pelatihan dan juga buku-bukunya. Yang kemudian buku terbarunya dengan judul “The Latte Factor”, memiliki pencapaian yakni terjual hingga 8 juta eksemplar. Dimana dalam buku terbarunya tersebut terdapat bahasan penting berupa 3 (tiga) Rahasia Utama agar setiap orang dapat mencapai Kebebasan Finansial yang di idam – idamkan. Bach mengajarkan pelajaran ini dengan cara yang sama sekali baru dibandingkan buku – buku yang telah ia tulis sebelumnya. Kali ini, ia mengajak orang untuk “hidup kaya sekarang” melalui perumpamaan yang membuat pelajaran tersebut langsung dapat dikerjakan secara praktis.

Rahasia yang diajarkan Bach ini saya coba terjemahkan dalam pengertian dan kultur masyarakat Indonesia sebagai orang timur yang lebih mengedepankan etika sebelum mengambil keputusan untuk bertindak, yakni sebagai berikut.

1. Hargai dirimu dulu baru yang lain.

Setiap kali mendapatkan uang, selain untuk memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarga. Pastikan pula dapat menyisihkan sebagian lagi untuk kepentingan diri Anda di masa depan. Masa depan dapat berarti esok pagi, minggu depan, bulan depan, masa tua, bahkan setelah berpulang nanti.

Disisihkan dalam wujud apa saja? Bisa dalam wujud dana darurat, rencana prioritas, anggaran masa tua, dana wakaf, bahkan berinvestasi dalam wujud ilmu yang bermanfaat yang kelak setelah berpulang, uang yang di investasikan dalam wujud ilmu tersebut akan tetap menjadi manfaat bagi orang banyak. Juga yang tak kalah penting adalah digunakan untuk mendidik & membentuk anak keturunan yang baik yang kelak akan meneruskan kebaikan-kebaikan Anda meski sudah tak lagi membersamai mereka.

Uang dapat berasal dari banyak sumber (wealth creation). Dalam ilmu manajemen kekayaan, uang bisa berasal dari warisan, hadiah, hibah, wakaf, zakat atau sedekah. Kemudian bila dilihat dari sudut pandang darimana uang bertambah (wealth accumulation), maka uang dapat bertambah dari 3 (tiga) hal yaitu : karena bekerja lalu mendapatkan upah, atau mendapatkan keuntungan dari hasil berbisnis, bisa juga sebagai investor dimana ia akan mendapat capital gain dari sistem bisnis yang secara otomatis menghasilkan dividen untuknya.

Maka pertambahan uang yang masuk ke pundi – pundi rekening Anda inilah yang kemudian dapat digunakan untuk membayar diri Anda baik berupa kebutuhan pokok saat ini maupun kepentingan diri Anda di masa mendatang.

2. Bikin skema belanja yang otomatis

Jika Anda ingin menghemat lebih banyak uang, penganggaran mungkin bukan strategi terbaik. Menurut David Bach, “Anggaran yang sudah dibuat sering tak berfungsi. Alasan pertama, proses untuk menganggarkan itu bikin ribet, apalagi bagi kaum milenial yang senang dengan yang simpel-simpel nan praktis, bakalan tak suka melakukan hal tersebut. Kedua, untuk bisa menganggarkan mesti harus meluangkan waktu. Kaum Milenial yang pergerakannya serba cepat dan banyak dengan kesibukan, akan membuat mereka kesulitan untuk meluangkan waktu secara khusus dan rutin untuk membuat anggaran.  Ketiga, membuat anggaran sama sekali tak menyenangkan. Sama seperti melakukan diet, bahkan ketika Anda sudah mantab menyusun pada awalnya, alih-alih berjalan sesuai harapan Anda justru tak sanggup disiplin setelah 2-3 bulan kemudian,”

Baca Juga  Gerakan Sosial Tidak Harus Melulu Besar

Lalu bagaimana caranya agar pembelanjaan menjadi otomatis? Mulailah dengan memastikan segala kebutuhan belanja Anda tidak melebihi dari 85% pendapatan. 85% dari pendapatan tersebut bisa Anda gunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti makan dan ongkos, atau bahkan jalan-jalan sesekali.

“Selama tak lebih 85% dari pendapatan Anda habiskan untuk kebutuhan dasar sehari-hari, sebetulnya Anda tak perlu membuat anggaran sama sekali. Daripada menelusuri berapa besar uang belanja harian yang keluar, Anda lebih baik fokus terhadap budget pengeluaran yang tidak melebihi 85% cukup berdasar kepada prioritas pembelanjaan.

Juga daripada berpikir, ‘Berapa banyak yang saya habiskan untuk bayar ojek online dibanding naik kendaraan umum lain?’ atau ‘Berapa banyak yang saya habiskan untuk membeli Bakso pada saat weekend?’, lebih baik fokus pada cara berpikir, ‘Selama saya bisa menyisihkan uang untuk tujuan saya (15 persen atau lebih sesuai komitmen), asalkan memenuhi skala prioritas dan tak menggunakan dana sisihan, tak masalah berapa banyak saya menghabiskan uang’”.  Demikian lebih kurangnya saran menurut David Bach guna menyederhanakan metode penganggaran.

Setelah memulai merubah cara berpikir terhadap skala prioritas pembelanjaan. Anda dapat mendelegasikan tagihan pembayaran yang sifatnya rutin kepada sistem yang berjalan otomatis. Mengotomatiskan keuangan Anda dengan cara meminta uang Anda dikirim langsung ke rekening investasi, rekening tabungan, dan kreditor memungkinkan Anda membangun kekayaan dengan mudah.

Dengan membuat sistem pembayaran yang otomatis, Anda tidak akan pernah lupa lagi perihal pembayaran khususnya yang bersifat prime cost dan Anda tidak akan pernah tergoda untuk melenceng dari upaya hidup hemat. Hal ini karena Anda tidak pernah melihat uang fisik mengalir dari penghasilan Anda ke rekening tabungan Anda, sehingga ”pikiran nakal” yang seringkali menggoda ketika uang ada dalam genggaman pun dapat efektif di minimalisir.

3.Hiduplah sebagai orang kaya sekarang juga!

Pada prinsipnya, orang-orang yang berlomba untuk mencapai kekayaan harta yang melimpah. Sebetulnya bertujuan agar hidup ini menjadi lebih mudah atau teratur dengan keberadaan uang berlimpah yang dimilikinya. Intinya, keberadaan uang yang berlimpah diharapkan akan menyederhanakan suatu masalah. Bahkan merujuk pada suatu penelitian, sembilan dari sepuluh orang Amerika setuju bahwa tidak ada yang membuat mereka lebih bahagia daripada merasa keuangan mereka teratur.

Pepatah mengatakan, “Ketika Anda punya makanan yang cukup untuk diri dan keluarga Anda, tempat yang aman untuk ditinggali, memiliki hubungan pertemanan yang baik dan tubuh yang sehat wal afiat, maka seakan-akan Anda ini telah memiliki dunia beserta isinya”.

Orang bisa menjadi kaya sesungguhnya karena ia telah terbiasa untuk tidak mengabaikan kebiasaan belanja mulai dari hal yang recehan sekalipun. Mengapa recehan menjadi penting untuk diperhatikan? Sebab pengeluaran yang terlihat kecil dan dilakukan berulang kali padahal sebenarnya tak terlalu dibutuhkan, justru seringkali menjadi penghambat seseorang untuk mencapai kekayaan yang ia impikan. Kondisi inilah yang oleh David Bach dinamakan “The Latte Factor”.  Konsep Latte Factor yang diajarkan oleh Bach ini mengajak orang-orang tentang ide sederhana bahwa sejumlah kecil uang yang tidak terbuang dan dihemat akan membantu Anda mencapai kebebasan finansial yang di idam – idamkan.

Baca Juga  Doa Bulan Puasa untuk Generasi Muda Indonesia

Orang yang kaya adalah orang yang berkecukupan. Orang yang berkecukupan tentu tak butuh pinjaman/hutang. Oleh karena itu, apabila Anda sudah tidak lagi mengandalkan hutang sebagai modal untuk berbisnis atau untuk membeli sesuatu, bahkan seandainya pun masih memiliki hutang namun sudah berkomitmen untuk tidak lagi membuka rekening hutang, sesungguhnya keyakinan cara berpikir Anda untuk menjadi orang yang berkecukupan insya Allah sudah benar.

Hal lainnya yang biasa dilakukan orang-orang kaya di seluruh Dunia adalah senang berbagi kepada yang membutuhkan. Sanjiv Chopra, seorang Profesor medis dari Havard Medical School di Amerika berkata bahwa sesungguhnya ada beberapa hal secara ilmiah yang memiliki keterkaitan kuat dengan indeks kebahagiaan seseorang, salah satu yang paling berpengaruh adalah kebiasaan berbagi. Keterlibatan seseorang pada kegiatan amal dengan mendonasikan uangnya untuk membantu orang lain adalah salah satu cara yang paling memuaskan untuk menghabiskan waktu dan uang seseorang.

Meski dalam sudut kepemilikan harta, boleh jadi Anda belum melimpah. Namun memulai membiasakan bersedekah akan membuat Anda memiliki ciri-ciri yang semakin identik sebagai orang yang kaya harta, apalagi penelitian membuktikan bahwa bersedekah adalah salah satu cara yang paling memuaskan bagi seseorang untuk menghabiskan waktu dan uangnya. Gak usah berpikir jauh-jauh kok untuk memulai menyalurkan sedekah Anda kemana ketika keuangan masih dianggap mepet. Sedekah pertama dan terbaik adalah yang dialokasikan mulai dari orang-orang yang menjadi tanggungan Anda, yang dalam hal ini jika Anda berposisi sebagai kepala keluarga.

Oleh karena itu teori David Bach tentang gagasan inti dari Tiga Rahasia Utama agar Milenial Meraih Kebebasan Finansial seperti yang baru saya jelaskan tersebut dari awal sebenarnya adalah tentang hidup dalam kesederhanaan. Hidup dengan hati yang senantiasa merasa cukup adalah yang paling penting.  Ketika belum memiliki kaya harta, hati kita akan senantiasa bersabar dan mampu bersikap menerima untuk terus memperbaiki hidup dan kehidupan dengan perilaku yang baik. Sebaliknya ketika menjalani takdir memiliki kekayaan harta yang melimpah, maka hati akan senantiasa bersyukur serta tak jumawa atas segala prestasi.

Biasanya, ide yang paling sederhanalah yang lebih mampu untuk mengubah hidup seseorang, bukan yang rumit. Sehingga tutup Bach yang dalam bahasa aslinya saya kutip sebagai berikut, “You don’t have to be rich to live rich”. (Sebenarnya Anda tak harus menjadi orang kaya untuk memiliki kehidupan yang kaya).

 

Baratadewa Sakti P adalah Founder & CEO Shafa Consulting. Sejak awal ia berkarir sebagai Konsultan Keuangan keluarga dan UMKM, ia telah dipercaya baik oleh institusi pemerintahan, lembaga swasta dan berbagai komunitas wirausaha. Saat ini ia tergabung kedalam Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (APERKEI) dan terdaftar sebagai pemegang Sertifikat Kompetensi bidang Pendamping Kewirausahaan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).


Bagikan