Politik adalah sebuah kegiatan yang paling banyak membutuhkan energi. Energi kesabaran, energi kecerdasaan dan energi-energi Lainnya. Akan tetapi yang paling utama adalah energi kesabaran dan kebijaksanaan.
Berdasarkan pengalaman saya, kerja politik adalah kerja yang banyak sekali menemukan rintangan-rintangan. Kita akan dihadapi dengan berbagai persoalan mulai dari urusan pribadi, keluarga hingga masyarakat..
Politik bagi saya pribadi bukan seperti kebanyakan orang katakan “Siapa mendapat apa”, tetapi lebih “Bagaimana semua orang dapat bahagia jiwa raga?” karena kebahagiaan sebenarnya dapat dijamin dengan kebijakan publik unggul ataur regulasi yang menguntungkan untuk semua pihak.
Sayangnya, politik dewasa ini masih dianggap tindakan tercela di kebanyakan mata masyarakat. Hal ini disebabkan oleh ulah-ulah para politikus yang tidak menghayati akan pentingnya suatu visi dalam kegiatan berpolitik untuk menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik dan beradab.
Padahal politik menjadi jantung kehidupan dalam menentukan nasib masyarakat 100 tahun kedepan bahkan bisa ribuan tahun kedepan. Karena saya percaya, bahwa peradaban dunia dibentuk dan terbentuk oleh proses-proses politik umat manusia.
Tak ada salahnya anak muda berpolitik praktis
Sejatinya kaum muda adalah anak kandung peradaban. Sudah banyak contoh diberbagai belahan dunia, kaum mudalah yang menjadi penentu terobosan-terobosan dalam menentukan arah nasib sebuah bangsa dan negara.
Untuk mewujudkan suatu visi dalam lapangan politik butuh perjuangan yang sangat panjang dan tidak bisa di wujudkan semudah membalikan telapak tangan. Apa lagi untuk kita yang notabene kaum muda yang hidup di era industri ini.
Mari kita lihat data anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2019-2024 (DPR RI). Anggota DPR RI periode ini banyak didominasi oleh orang-orang dengan kelompok usia 51 hingga 60 tahun sebanyak 35,65 persen.
Sementara kelompok usia terbanyak kedua 41-50 tahun dengan angka sebesar 31,83 persen sedangkan pada kelompok terkecil berada Kelompok usia 23-30 tahun hanya sebesar empat persen.
Dari sini kita bisa membuktikan betapa sulitnya kaum muda untuk mendapatkan kesempatan dalam panggung perpolitikan Indonesia di era yang selalu gembar-gembor milenial.
Saya tidak tahu pasti, kenapa anak muda selalu gagap berpolitik praktis, apakah karena faktor pengalaman yang kurang, ide yang kurang kreatif, ekonomi yang kurang mapan atau faktor-faktor lain-lainnya? Saya kadang curiga, jangan-jangan anak muda malah malu untuk berpartai. ini wajib menjadi bahan kontemplasi kaum muda semua, kita perlu mencari jawabannya segera.
Kendati seperti itu kita sebagai kaum muda yang ingin menjadi politikus yang mempunyai misi mulia. Kita tidak perlu pesimis, karena berfikir negatif hanya akan melahirkan generasi-generasi yang gagap berpolitik praktis. Gagap berpolitik, sama seperti kita gagal membela hak-hak kita sendiri.
Akhir kata, seperti yang saya katakan di awal kita yang sudah terjun dalam dunia politik praktis sebagai kaum muda harus mempunyai bekal niat yang sangat kuat.
Kita perlu memilki keteguhan hati. Jangan mau terbawa arus negatif, sebagai kaum muda kita harus mendorong gelombang positif dalam demokratisasi politik. Kalau bukan anak-anak muda yang bermartabat yang berpolitik, nasib masa depan bangsa kita akan diatur politisi-politisi jahat.
Jangan menyerah di tengah tantangan. Boleh kalah, tetapi jangan menyerah. Karena pemimpin yang hebat tidak diciptakan dalam kondisi yang mapan. Justru banyak pemimimpin hebat yang di lahirkan karena di tempa masa-masa sulit.
Zakaria adalah Ketua PK Golkar Brebes dan aktif sebagai anggota Muhammadiyah Disaster Management Center wilayah Jawa Tengah.