3   +   10   =  
Bagikan

Dampak Covid 19 Akses Olahraga Anak Muda Makin Terbatas -Warga Muda

Telah banyak yang kita korbankan karena Covid-19. Negara-negara maju   telah memulai kembali bisnis mereka, di Indonesia pemerintah juga mencoba melonggarkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) untuk kembali ke “normal”.

Lalu bagaimana dengan aktivitas olahraga kita, terutama akses anak muda pada fasilitas olahraga di masa seperti ini? Setidaknya kita, perlu menyoroti  apa yang boleh dan tidak bisa dilakukan dalam setiap bidang olahraga pada sisi keamanan bagi anak muda. Di sisi lainnya, adalah bagaimana peran pemerintah untuk melayani anak-anak muda dari komunitas maupun keluarga yang memiliki keterbatasan untuk mengakses sarana juga berpartipasi dalam olahraga.

Pada kelompok ini, tidak semua anak muda memiliki kemewahan untuk pergi ke fitnes center  bahkan tidak mempunyai alat-alat olahraga yang dibutuhkan. Kenapa ini menjadi penting? Karena ketimpangan akses olahraga berimplikasi kepada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak muda di Indonesia.

Kita perlu paham, bahwa tugas negara tidak hanya melayani liga olahraga, tetapi yang utama dan pertama ialah melayani pembudayaan olahraga di tengah masyarakat untuk melahirkan sumber daya manusia yang unggul.

Pemerintah perlu kembali memikirkan strategi pembudayaan olahraga berbasis komunitas di era pandemi ini, bahkan setelahnya juga. Anak-anak muda dari keluarga miskin harus menjadi prioritas, karena mereka hidup di ruang publik yang minim fasilitas olahraga.  Dan kemungkinan besar diantara mereka berolahraga hanya saat di jam pelajar olahraga di sekolah dan mengakses fasilitas olahraga yang disediakan gratis untuk mereka.

Saat pandemi ini, anak-anak  muda tersebut, semakin tersingkir, sulit mendapatkan kesempatan untuk berolahraga dengan layak. Ketimpangan ini nyata, perbedaan tingkat pendapatan ekonomi sangat berpengaruh pada akses mereka terhadap fasilitas olahraga.

Baca Juga  Kuota 30 Persen Anak Muda di Parlemen, Perjuangkan!

Yang mampu membayar semakin sehat, yang tidak mampu bayar semakin rentan. Karena sepatu olahraga, raket, bola, gawang dan peralatan olahraga lainnya membutuhkan biaya yang cukup besar, bagi keluarga yang hidup di kelas menengah bawah.

Seperti industri perhotelan, olahraga adalah industri hiburan yang bergantung pada upaya menyatukan anak-anak muda dan keluarga mereka di “pusat kebugaran”. Selain itu,  peran pola asuh orangtua juga sangat besar mempengaruhi gaya hidup anak muda dalam berolahraga di masa pandemi Covid-19.

Sumbang saran untuk stakeholder industri olahraga

Para stakeholder pada industri olahraga di dunia mulai menarik nafas. Saya yakin di Indonesia tidak jauh berbeda. Industri olahraga tergerus akibat corona, karena kebijakan yang menutup atau membatasi kegiatan olahraga professional maupun komunitas. Banyak orang yang bekerja di sektor untuk mulai ketar-ketir mencari nafkah. Untuk kasus Indonesia, mungkin Industri ini bisa tumbang duluan sebelum tumbuh.

 

Untuk membantu para pembuat kebijakan dan pejabat olahraga membuat keputusan yang baik tentang olahraga selama pandemi, Perkumpulan Warga Muda memberikan saran sebagai berikut:

Pertama,  berkomunikasi dengan berbagai platform sesuai dengan segmennya. Kedua, mulai membangun komunikasi dengan komunitas-komunitas olahraga di tingkat lokal. Ketiga, berkonsultasi dengan atlet, organisasi olahraga, mitra, pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat pusat. Keempat, bersikap fleksibel terhadap anggaran dan sumberdaya di setiap level kebijakan.

Kelima memberikan dukungan kepada komunitas olahraga dan pemangku kepentingan dengan skema public-private-people partnership di tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten. Keenam, memberikan pendidikan  tentang pentingnya  tetap berolahraga kepada masyarakat melalui organisasi kepemudaan. Ketujuh, mulai memperhatikan nasib seluruh pelaku olahraga mulai dari komunitas, klub, pemain, pelatih, perangkat pertandingan hingga pelaku UMKM di sektor olahraga yang terkena dampak.

Baca Juga  Enggak Ada Menteri yang Muda Beneran!

Bagikan