10   +   4   =  
Bagikan

Menjelang pemilu 2024 selain beras dan minyak goreng ternyata anak muda juga terlihat laku untuk diperjual-belikan. Seolah semua ingin dianggap muda dan membicarakan isu-isu anak muda. Ya memang, perlu kita akui peran anak muda dalam politik telah mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam Politik anak muda selalu ingin hadir dengan semangat perubahan dan tuntutan untuk suara mereka didengar, Akan tetapi, anak muda sering kali membawa harapan-harapan utopia terhadap sistem politik. terlebih, realitas hubungan Patrone-Klien dalam dunia politik seringkali menghadirkan tantangan yang mengubah ekspetasi anak muda menjadi kekecewaan.

Singkatnya, saya ingin mengucapkan,  “ Selamat datang di realitas politik, mimpi-mu tidak boleh terlalu tinggi dan tidur-mu tidak boleh terlalu miring. Harapan dan ekspetasi-mu mungkin saja terwujud, yaa tapi peluangnya sedikit. Jangan berkecil hati, tetaplah semangat dan terus menadah remah-remah kue politik” – Bilal Sukarno (Beneran Masih Muda)

Harapan Anak Muda dalam Politik: Emang Boleh se-Utopia itu?

Anak muda kerap kali digambarkan sebagai corong perubahan politik. Tetapi, ekspetasi  sering kali terbentur pada realitas yang terjadi di arena Politik. Dalam mimpi yang utopis mereka berharap ditangan-tangan  merekalah kondisi politik bisa cepat membaik, menghapuskan  korupsi ketimpangan ekonomi, pengambilan keputusan yang kurang berpihak kepada rakyat. Namun, realitas politik seringkali tidak selaras dengan ekspetasi mereka yang se-Utopia itu. Rasanya Bandung Bondowoso pun lebih memilih mebangun candi (lagi) daripada merubah realitas politik itu.

Hubungan Patrone-Klien menggambarkan bagaimana politik seringkali dipengaruhi oleh kepentingan dan interaksi yang lebih kompleks. Kanda-kanda yang berada dalam posisi kekuasaaan dapat memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam menjaga stabilitas atau mempertahankan status quo. Tentunya, ini dapat menghasilkan kebijakan yang tidak selalu sesuai dengan ekspetasi anak muda. Kendala utama dalam hal ini yaitu adanya Gap antara Kanda dan Dinda (Patrone-Klien). Mengutip (Palras 1971), Memang hubungan yang terjalin diantara KandaDinda (Patrone-Klien) tidak pernah setara dan hanya mengandalkan ketergantungan pada satu sama lain. Realitas ini menyadarkan bahwan apa yang diharapkan anak muda terkadang tidak dapat direalisasikan oleh patrone politik.

Baca Juga  Bagaimana Cara Pemuda Indonesia Melawan Corona?

Terdengar klise, Tetapi percayalah Harapan itu ada.

Meskipun ekspetasi anak muda seringkali tidak sepenuhnya terwujud, bukan berarti anak muda harus menyerah pada politik. Sebaliknya, anak muda bisa memainkan peran yang aktif dalam mempengaruhi tetesan-tetesan perubahan. “ tetesan air pun bisa menyelamatkan kucing yang kehausan dan menghancurkan bongkahan batu yang besar” . Jelasnya, kita perlu komitmen untuk memulai dan konsistensi untuk selesai (merubah situasi politik sesuai harapan anak muda).


Bagikan