2   +   8   =  
Bagikan

Bukan seberapa trendi dan banyaknya pengikut yang memacu eksistensi, tapi seberapa besar dedikasi dan aksi yang kita beri, dan bagi saya, salah satunya  untuk mewujudkan ini dengan menjadi relawan.

Sebutan  relawan ini sudah dari dulu banyak peminatnya sebenarnya, tapi di Indonesia awal mula melonjaknya minat  relawan, khususnya generasi saya, Gen Z, yaitu pada saat acara Asean Games 2019. Ya memang acara tersebut besar dan mewah, sudah pasti bisa merekrut relawan yang jumlahnya hingga ribuan.

“Bukan seberapa trendi dan banyaknya pengikut yang memacu eksistensi, tapi seberapa besar dedikasi dan aksi yang kita beri”

Peminat pendaftaran kerelawanan tiba-tiba ramai di bicarakan disetiap tempat tongkrongan anak muda. Dan Saat Asean Games berlangsung semua relawan mengenakan baju warna-warni yang seragam.

Tidak hanya sebatas seragam, untuk saya dan teman-teman, kostum tersebut juga sebagai identitas yang bergengsi. Siapapun yang mengenakan kostum tersebut sudah pasti punya rasa bangga tersendiri.

Tidak berbeda dengan kegiatan organisasi lainya, masing-masing kegiatan kerelawanan punya trendi dan gaya implementasi yang berbeda.

Misalnya, organisasi nirlaba seperi Sekolah Komunitas Bhinneka Ceria, Indonesia mengajar, 1000 guru, rimbawan muda indonesia, dan lainnya, mereka bergerak untuk pemerataan pendidikan di daerah.

Pada sektor lingkungan ada, Indonesia berkebun, Green Generation, Go Green, mereka bergerak untuk mengontrol dan melestarikan lingkungan. Dan masih banyak lagi organisasi kerelawan  yang keren-keren yang bisa buat kita jadi keren juga.

Relawan itu proses panjang menempa diri

Saya menilai lowongan relawan sekarang sama ramainya dengan lowongan kerja. Lowongan relawan banyak dicari-cari kaum muda untuk mengisi waktu kosong, menambah pengalaman, dan memperluas relasi.

Berdasarkan pengalaman saya, kadang sih ada beberapa penyelenggara yang memberi uang, tapi bukan itu yang seharusnya jadi prioritas utama kita.

Baca Juga  Kita Semua "Politisi"

Sebagai relawan, kita sudah pasti rela dengan waktu dan tenaga tanpa mengharapkan bayaran. Sebagaimana  kata Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, relawan tidak dibayar bukan karena tidak bernilai, melainkan karena tak ternilai.

“Relawan tidak dibayar bukan karena tidak bernilai, melainkan karena tak ternilai” Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta

Saya melihat, walaupun tidak dibayar kontribusi seorang  relawan pasti akan mendapat keuntungan lebih yang diperoleh, seperti kemampuan untuk meningkatkan soft skill dan hard skill.

Semenjak saya ikut kegiatan kerelawanan,  saya banyak belajar soal people management yang berkaitan dengan kepemimpinan seseorang dalam sebuah kelompok, juga melatih coordinating with others. Di era tren kolaborasi, dimana seseorang di tuntut untuk mampu berkordinasi dengan baik di luar maupun dalam tim, menjadi relawan akan sangat melatih kita untuk terbiasa berkomunikasi dengan siapapun.

Selain kemampuan berkordinasi, mental kita sangat ditempa di dunia relawan.   Emotional intelligence di zaman sekarang penting banget untuk kesehatan mental kita. Maka dari itu, millenial dan gen z  harus punya kecerdasan emosi yang mumpuni biar ga gampang baper.

Dan yang paling berguna dari segala proses kerelawanan, saya mempelajari complex problem solving. ini merupakan  tantangan terbesar karena persaingan dan teknologi yang semakin maju maka kita harus mempersiapkannya matang-matang dalam kemampuan memecahkan masalah.

Apapun yang kita pelajari dari aktivitas kerelawanan, tentunya sangat berguna dalam menunjang  untuk karir perkerjaan kita di masa mendatang. Karena kita akan dapat keterampilan, pengetahuan, kesopanan dan yang paling penting adalah jaringan.

Dari pengalaman saya, pintar saja tidak cukup, butuh banyak kawan-kawan baru sebagai jaminan kita agar tidak menganggur di masa depan.

Kita menjadi relawan, maka kita  berguna

Biasanya ketika seorang relawan sudah menyelesaikan misi nya, pasti akan mendapatkan apresiasi dari lingkungan sekitar termasuk rekan dekat, rekan sosmed dan keluarga.  Karena menjadi relawan bagi beberapa orang adalah termasuk perbuatan yang mulia, maka dari itu banyak anak muda yang mau jadi relawan.

Baca Juga  Untuk perempuan Gen Z yang tidak sedang dalam pelukan, Berjuanglah!

Terkadang juga paska kegiatan akan mendapatkan kenalan spesial dan relasi baru. Bahkan bisa jadi rekomendasi organisasi buat di delegasikan di setiap program dan kegiatan selanjutnya.

“Menjadi relawan bagi beberapa orang adalah termasuk perbuatan yang mulia, maka dari itu banyak anak muda yang mau jadi relawan.”

Ini tips dari saya  untuk membantu kamu lolos dalam seleksi kerelawanan: 1. Mempunyai visi dan misi yang kuat, 2. Lembar motivasi dan essay yang tidak bertele-tele, memberikan gagasan dan banyak solusi 3. Komitmen dengan keputusan yang dibuat, 4. Disiplin waktu dan tanggung jawab, 5. Cerdas mempresentasikan diri.

Tidak ada penyesalan jika sudah tergabung menjadi relawan, saya jamin banyak hal-hal positif yang didapat dan bahkan bisa dicari-cari banyak orang. Jika pemerintah membuat kegiatan dan sering melibatkan anak muda khususnya milenial dan gen z, sudah pasti akan membuahkan hasil yang berdampak besar untuk bangsa dan negara.

Jadi jangan dianggap sepele dunia kerelawanan ini, karena terkadang kemajuan besar berasal dari kelompok-kelompok kecil yang bermain-main sambil belajar dan berjuang.

 

Putri Marcelina adalah  Deputi Youth Studies Perkumpulan Warga Muda. Ia merupakan konten kreator dan director yang gemar mengamati isu-isu strategis seperti emansipasi perempuan, perlindungan anak, dunia kesehatan dan budaya anak muda. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan broadcasting di Universitas Sahid, Jakarta


Bagikan