Youthquake kata yang unik, tapi apakah sudah tahu tentang apa sih youthquake itu? Jadi gini sob, kata Youthquake menjadi Word of the Year versi kamus Oxford pada tahun 2017. Nah meskipun kata Youthquake ini bukan kosakata baru karena kata tersebut dilahirkan pertama kali pada tahun 1965 oleh Diana Vreeland, pemimpin redaksi majalah Vogue.
Vreeland menggabungkan ‘youth’ dan ‘quake’ untuk mendeskripsikan gerakan gaya busana dan musik anak muda 1960-an, melawan nilai-nilai tradisional yang dianut orang tua mereka. Jadi pada mulanya youthquake ini hanya sekadar gerakan gaya busana saja dengan menekankan pada dominasi anak-anak muda dalam berbagai sumber inspirasi yang membentuk kultur anak muda kala itu.
Namun pada tahun 2017 youthquake lebih sering digunakan dalam konteks politik di kalangan anak muda. Kamus Oxford menyebutnya sebagai “kebangkitan gerakan politik generasi milenial” yang kerap dituduh pemalas oleh generasi sebelumnya.
Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya gerakan-gerakan politik anak-anak muda yang sudah menjadi fenomena global yang terjadi di berbagai negara di dunia tak pelak Indonesia pun juga mengalaminya.
Jadi sob, sekarang anak muda bukan generasi malu-malu dan tunduk pada sikap apatis tapi kini anak muda dalam hal politik sudah punya sikap tegas dan tak sungkan menyuarakan sikap politik mereka.
Youthquake contoh apa contohnya?
Contohnya yang terjadi di Hongkong pada tahun 2014, gerakan pro-demokrasi yang dilakukan oleh para anak muda yang bernama “Gerakan Payung” berhasil memblokir jalan-jalan utama kota Hongkong selama 79 hari dalam rangka mendorong demokrasi penuh. Gerakan yang dipimpin oleh tiga anak muda yakni Joshua Wong (21), Nathan Law (24), dan Alex Chow (27). Mereka memanfaatkan media sosial untuk mengkonsolidasikan aksi tersebut, sob.
Bila dikontekskan ke negara kita nih sob, pasti sudah sering mendengar nama Tsamara Amany, politikus muda yang baru berusia 21 tahun ini sempat viral setelah bersitegang dengan politikus senior Fahri Hamzah. Bahkan Tsamara berani menantang Fahri melakukan debat terbuka soal KPK.
Gerakan-gerakan anak muda sekarang ini mulai muncul meskipun belum begitu masif. Anak muda hanya diidentikkan dengan pendidikan politik yang berkaitan dengan aspirasi dalam pemilu saja. Anak muda hanya diharapkan sebagai penyumbang suara bagi para politisi yang sudah “berusia”. Hal ini karena masyarakat negara kita masih mengidentikkan anak muda belum saatnya mengurusi urusan politik apalagi negara.
Budaya paternalistik di negara kita sekarang memperlakukan anak muda sebagai sosok yang belum dewasa dan belum saatnya mengurusi politik negara karena memang pandangan tersebut sangat bias “orang tua” dan tidak memberi akses pada anak muda untuk masuk dalam sistem politik.
Bila dikaitkan dengan bonus demografi yang kelak akan mencapai puncaknya di Indonesia pada tahun 2030 mendatang erat kaitannya dengan polemik anak muda sob.
Mengapa? Bila bonus demografi ini tidak dapat dijadikan kesempatan emas untuk memajukan perekonomian negara kita karena membludaknya jumlah penduduk usia produktif maka yang ada malah jadi bencana.
Youthquake, Kok bencana?
Bencana yang seperti apa? Yakni bila penduduk usia produktif tersebut tidak punya kompetensi dan tidak dipersiapkan sejak dari sekarang maka yang ada malah menimbulkan berbagai persoalan, contohnya semakin meningkatnya jumlah pengangguran. Jadi bonus demografi ini tidak semata-mata dan otomatis membawa keuntungan dan dampak positif melainkan perlu diusahakan dan diarahkan dengan benar.
Apa sih sob kaitannya youthquake dengan bonus demografi? Jadi begini, bila anak muda tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan politik, maka yang ada segala kebijakan yang dirumuskan untuk anak muda itu sendiri nantinya akan bias “orang tua”.
Generasi baby boomers dengan anggapan bahwa anak muda saat ini belum punya kapasitas dalam mengurusi kebijakan negara adalah suatu hal yang salah. Dengan turut serta secara aktif anak muda dalam kegiatan politik ini akan mempermudah proses transformasi karena anak muda mengerti hal-hal apa saja yang dibutuhkannya.
Sudah saatnya anak muda tidak lagi alergi terhadap politik sob! tapi anak muda harus terlibat aktif dalam kegiatan politik. Anak muda tidak hanya sekadar penonton dibuatnya berbagai kebijakan tapi harus turut dilibatkan secara aktif bukan hanya sekadar objek dari kebijakan yang dibuat.
Anak muda bukan hanya pendongkrak pemilu melalui surat suaranya saja tapi gerakan-gerakan politik anak muda harus digaungkan di negara kita demi kemajuan bangsa. Perubahan besar negara menjadi lebih hanya bisa dilakukan oleh anak muda.